Rangkuman Buku "Man's Search for Meaning" Karya Viktor E. Frankl
Tugas terbesar manusia adalah mencari makna dalam hidupnya. Sebagaimana ucapan Nietzsche "Dia yang punya alasan MENGAPA harus hidup akan menanggung segala bentuk BAGAIMANA caranya hidup".
Menurut Frankl, ada tiga kemungkinan sumber makna hidup: dalam kerja (melakukan sesuatu yang penting), dalam cinta (kepedulian para orang lain), dan dalam keberanian di saat-saat sulit.
Buku ini terbagi mdnjadi dua bagian: bagian pertama pengalaman Frankl di Kamp Konsentrasi Nazi yang akan menjadi validasi pada teori-teori Frankl di bagian kedua. Sedangkan bagian kedua berupa teoretik yang didasari pada bagian pertama. Dengan kata lain dua bagian buku ini sangat berkaitan satu sama lain.
BAGIAN 1 : PENGALAMAN DI KAMP KONSENTRASI
Pada bab ini penulis mengisahkan pengalamannya selama di kamp alias penjara Nazi. Betapa pahit dan pedihnya bagi seseorang yang hidup tanpa harapan di dalam kamp tersebut.
Para tahanan dilakukan layaknya bukan manusia, mereka hanya memiliki sehekai pakaian seragam dan sepatu butut. Mereka dipekerjakan secara paksa untuk mengerjakan pekerjaan yang berat dan penuh risiko. Seperti bekerja dibawah dinginnya salju tanpa memakai pakaian tebal.
Kehidupan dalam kamp membuat banyak orang mengalami perubahan dalam pola pikir mereka. Banyak dari mereka yang sudah menyerah dengan keadaan dan menganggap hidup mereka sudah tidak berarti apa-apa dan sia-sia.
Dari kisah kehidupan para tahanan di kamp, sang penulis segaligus mantan tahanan tentara Nazi berpendapat bahwa banyak orang yang lupa bahwa seringkali situasi lahiriah yang benar-benar sulitlah yang memberi seseorang kesempatan untuk mengembangkan kehidupan spiritual di dalam dirinya. Mereka tidak menjadikan kesulitan hidup sebagai ujian bagi kekuatan batinnya; mereka justru tidak menganggal serius hidup mereka dab memandang rendah kehidupan tersebut sebagai sesuatu yang tidak ada konsekuensinya. Mereka lebih suka menutup mata dan hidup di masa lalu. Bagi orang-orang seperti itu, kehidupan menjadi tidak bermakna.
Salah satu ciri khas manusia yang aneh adalah bahwa dia hanya bisa hidup dengan melihat ke masa depan– sub specei aeternitatis. Hal itu menyelamatkan manusia di saat-saat paling kritis dalam kehidupannya, meskipun kadang-kadang dia harus memaksa pikirannya untuk mencari sasaran tersebut.
Ada kalanya, manusia hanya perlu menerima nasibnya dan menanggung bebannya. Setiap situasi ditandai oleh sifatnya yang unik, dan selalu hanya ada satu jawaban yang tepat untuk setiap permasalahan yang dihadapi.
Jika seseorang ditakdirkan untuk hidup menderita, dia harus menerima penderitaan tersebut sebagai tugasnya; tugas yang tunggal dan unik. Dia harus mebyadari kenyataan bahwa bahkan di dalam penderitaannya dia tetap unik dan hanya satu-satunya di jagat raya. Tidak ada orang yang bisa mengurangi atau menanggung penderitaannya. Kesempatannya yang unik terletak pada caranya menanggung beban.
Ada cukup banyak penderitaan yang harus kita jalani. Karenanya, kita perlu menghadapi seluruh penderitaan kita, dan berusaha meminimalkan perasaan lemah dan takut. Namun kita juga tidak perlu malu untuk menangis, karena air mata merupakan saksi dari keberanian manusia yang paling besar, yakni keberanian untuk menderita.
BAGIAN 2 : LOGOTERAPI SECARA RINGKAS
Frankl merumuskan teori logoterapi yang berpusat terhadap perhatian pada masa depan, atau pada pencarian makna hidup yang harus dilakukan di masa depan.
Secara ringkasnya, logoterapi adalah psikoterapi yang memusatkan upaya pada pencarian makna hidup. Artinya, logoterapi membuat seseorang sadar tentang adanya makna tersembunyi dalam hidupnya; ini merupakan sebuah proses analitis.
Logoterapi percaya bahwa perjuangan untuk menemukan makna dalam hidup seseorang merupakan motivator utama orang tersebut. Logoterapi menganggap manusia sebagai makhluk yang tujuan utama hidupnya adalah untuk memenuhi suatu makna alih-alih sekadar menikmati dan memuaskan keinginan dan nalurinya.
Tentu saja, dalam upaya untuk mencari makna hidup bisa menimbulkan ketegangan batin, bukan keseimbangan batin. Tetapi, ketegangan seperti itu justru merupakan prasyarat yang sangat dibutuhkan bagi tercapainya kesehatan mental.
Manusia membutuhkan upaya dan perjuangan untuk meraih tujuan yang bermanfaat, sebuah tugas yang dipikih secara sukarela. Bukan kondisi tanpa tekanan atau dalam ilmu biologi disebut "homeostatis".
Dalam menentukan makna hidup, seseorang memikiki makna hidup yang berbeda dengan yang lain. Oleh karena itu sebaiknya seseorang itu tidak mencari makna hidup yang abstrak. Karena setiap manusia memiliki pekerjaan dan misi untuk menyelesaikan sebuah tugas khusus.
Dalam kaitan dengan tugas khusus tersebut, seseorang tersebut tidak bisa digantikan dan hidupnya tidak bisa diulang. Karena itu manusia memiliki tugas dan kesempatan yang unik untuk menyelesaikan tugasnya.
Oleh karena itu, sikap tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas sebagai manusia merupakan jawaban dari makna hidupnya. Dan dalam logoterapi, sikap bertanggung jawab dianggap sebagai hakikat utama eksistensi manusia.
Penekanan dalam sikap bertanggung jawab tercermin dalam imperatif kategoris dari logoterapi, yaitu: "Hiduplah seakan-akan Anda sedang menjalani hidup untuk kedua kalinya dan hiduplah seakan-akan Anda sedang bersiap-siap untuk melakukan tindakan yang salah untuk pertama kalinya".
Pepatah di atas mengajak manusia untuk membayangkan bahwa masa sekarang adalah masa lalu, dan kedua, bahwa masa lalu masih bisa diubah dan diperbaiki.
Logoterapi berusaha membuat seseorang menyadari secara penuh tanggung jawab dirinya dan memberinya kesempatan untuk memilih: untuk apa, kepada apa, atau kepada siapa dia merasa tanggung jawab. Ajaran tersebut menghadapkan seseorang pada keterbatasan hidup, sekaligus memaksanya memutuskan tentang tindakan yang dia ambil terhadap hidup dan dirinya sendiri.
Dalam konsepnya,logoterapi berusaha membuat seseorang melihat dunia seperti apa adanya, memperlebar bidang pandangnya, sehingga semua spektrum yang berpotensi memiliki makna hidup bisa disadari dan terlihat olehnya.
Ada tiga cara yang bisa ditempuh manusia untuk menemukan makna hidup:
(1) melalui pekerjaan dan perbuatan.
(2) dengan mengalami sesuatu atau melalui seseorang. Cara inj bisa ditempuh dengan mengalami sesuatu–misalnya kebaikan, kebenaran, dan keindahan–dengan menikmati alam dan budaya atau dengan mengenal manusia lain dengan segala keunikannya-dengan mencintainya.
(3) melalui cara kita menyikapi penderitaan yang tidak bisa dihindari.
Kita tidak boleh lupa, bahwa makna hidup bahkan bisa ditemukan saat kita dihadapkan pada situasi yang tidak membawa harapan, saat kita dihadapkan pada nasib yang tidak bisa diubah.
Dalam banyak hal, penderitaan tidak lagi menjadi penderitaan ketika dia sudah menemukan maknanya, misalkan makna dari sebuah pengorbanan.
Oleh karena itu, salah satu prinsip dasar dari logoterapi yaitu perhatian utama manusia bukan untuk mencari kesenangan atau menghindari kesedihan, tetapi menemukan makna dalam hidupnya. Itu sebabnya manusia bahkan siap untuk menderita, dengan syarat, dia yakin bahwa setiap penderitaannya memiliki makna.
Perlu ditegaskan juga bahwa bukan berarti penderitaan selalu diperlukan dalam upaya manusia mencari makna. Seseorang bisa menemukan makna hidup dalam penderitaan asalkan penderitaan itu jelas tidak dapat dihindari. Jika penderitaan itu bisa dihindari, maka hal yang harus dilakukan adalah menghilangkan penyebab penderitaan tersebut. Karena menderita secara tidak perlu bukanlah bentuk kepahlawanan, melainkan menyakiti diri sendiri.
***
Manusia, harus terus-menerus menetapkan pilihan atas sejumlah potensi yang dihadapinya saat ini; mana di antara semua potensi tersebut yang bisa diwujudkan dan mana yang tidak akan bisa. Setiap manusia, tanpa kekecualian, harus memutuskan apa yang akan menjadi monumen kehidupannya.
Kesenangan dalam memilih makan hidup harus selalu dan harus tetap merupakan efek samping atau produk samping, dan kesenangab tersebut akan hancur dan rusak dengan sendirinya jika dijadikan tujuan.
Dalam teknik logoterapi yang lazim disebut paradoxical intention (niat paradoksikal), didasarkan pada dua fakta: (1) rasa takut bisa menyebabkan terjadinya hal yang ditakutkan; (2) keinginan yang berlebihan bisa membuat keinginan tersebut tidak bisa terlaksana (h. 178).
Manusia memang makhluk yang terbatas, dan kebebasannya juga terbatas. Kebebasan manusia tidak terbebas dari kondisi. Namun, manusia bebas untuk menyikapi berbagai kondisi.
Dengan kata lain, manusia tidak sepenuhnya dikondisikan dan dioengaruhi; manusia bisa menentukan sendiri apakah dia akan menyerah atau mengatasi kondisi-kondisi yang dihadapinya. Manusia benar-benar mampu membuat keputusan sendiri. Tidak hanya sekedar hidup, tetapi dia selalu memutuskan bentuk hidup yang akan dijalaninya, menjadi apa dirinya pada detik berikutnya.
Manusia mampu mengubah dunia ke arah yang lebih baik jika dimungkinkan dan untuk mengubah dirinya ke arah yang lebuh baik jika dibutuhkan.
CATATAN AKHIR 1984
Optimisme ditengah tragedi. Secara singkat, itu berarti bahwa seseorang itu optimistis dan tetap optimistis meskipun dia mengalami "tiga serangkaian tragedi kehidupan". Istilah tersebut dipakai dalam logoterapi untuk menggambarkan tiga aspek kehidupan manusia yang dibatasi oleh: (1) penderitaan; (2) rasa bersalah; dan (3) kematian.
Kata optimisme yang dimaksud adalah optimisme saat dihadapkan pada tragedi dan dipandang dari potensi manusia, yang dalam bentuknya yang terbaik memungkinkan manusia untuk:
(1) Mengubah penderitaan menjadi keberhasilan dan sukses;
(2) Mengubah rasa bersalah menjadi kesempatan untuk mengubah diri sendiri ke arah yang lebih baik; dan
(3) Mengubah ketidakekalan hidup menjadi dorongan untuk bertindak dengan penuh tanggung jawab.
Di dalam bab ini akan dibahas mengenai "Bisakah kita mengatakan "ya" kepada kehidupan dengan semua aspek tragis tersebut?".
Sebenarnya, manusia bukan berusaha mencari kebahagiaan, melainkan mencari alasan untuk menjadi bahagia. Dan kebahagiaan bisa diperoleh dengan mewujudkan potensi makna hidup yang merupakan bagian dari, dan tersembunyi dalam setiap situasi.
Setelah upaya seseorang untuk mencari makna hidup berhasil, orang tersebut tidak hanya merasa bahagia, tetapi juga mampu mengatasi penderitaan.
***
Yang dimaksud dengan makna oleh logoterapi adalah makna yang terkandung dan tersembunyi dalam setiap situasi yang dihadapi seseorang sepanjang hidup mereka.
Penulis buku ini mengartikan makna hidup sebagai kesadaran akan adanya satu kesempatan atau kemungkinan yang dilatar belakangi oleh realitas. Atau lebih sederhananya lagu "mengadari apa yang bisa dilakukan di dalam situasi tertentu".
Logoterapi mengajarkan bahwa ada tiga jalan yang bisa ditempuh oleh seseorang dalam menemukan makna hidupnya:
(1) Melalui karya atau tindakan;
(2) Melalui pengalaman atau dengan mengenal seseorang. Dengan kata lain makna hidup tidak hanya bisa ditemukan di dalam pekerjaan, tetapi juga di dalam cinta;
(3) Orang-orang yang menghadapi nasib yang tidak bisa diubah, masih bisa tumbuh melampaui dirinya sendiri, berkembang di luar dirinya sendiri, dan dengan melakukan itu mereka mengubah dirinya sendiri.
Prioritasnya terletak pada upaya mengubah secara kreatif situasi yang membuat kita menderita. Namun, kemenangan hanya akan datang pada mereka yang tahu "bagaimana cara menderita", jika diperlukan. Jika tidak diperlukan maka hilangkan penyebab penderitaan itu.
PENUTUP
Kita sendirilah yang harus menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kehidupan kepada kita, dan kita hanya dapat merespons ssmua itu dengan bertanggung jawab terhadap eksistensi kita.
Frankl sebagai penulis buku ini menganggap bahwa kebebasan dan tanggung jawab sebagai dua sisi mata uang.
Ia juga mengatakan bahwa untuk mencapai makna hidup pribadi, menurut dia, seseorang harus keluar dari kesenangan subjektif dengan melakukan sesuatu yang mengarah dan diarahkab pada sesutau atau seseorang selain dirinya sendiri... dengan memberi dirinya kesempatan melayani atau mencitai orang lain.
Sikap yang positif memungkinkan seseorang untuk bertahan menghadapi penderitaan dan kekecewaan selain juga meningkatkan kenikmatan dan kepuasan. Sikap negatif memperbesar rasa sakit dan memperdalam kekecewaan; juga merongrong dan mengikid kenikmatan, kebahagiaan, dan kepuasan; bahkan dapat memicu depresi mauoun penyakit fisik.
Pilihan yang dibuat manusia haruslah aktif dan bukan pasif. Frankl menulis "Seorang manusia bukanlah satu benda di antara benda yang lain; benda saling menentukan satu sama lain. Tetapi manusia pada dasarnya menjadi penentu diri sendiri. Apa yang telah dicapainya – di dalam batasan-batasan anugerah dan lingkungan – ia mencapainya berkat dirinya sendiri."
Frankl memberikan sebuah petunjuk yang sangat penting kepada pembaca yang tengah mencari jawaban untuk berbagai dilema kehidupan: ia tidak memberi tahu orang apa yang harus dilakukan, melainkan mengapa mereka harus melakukannya.
"Dunia tengah berada dalam kondisi buruk, tetapi semuanya akan tetap memburuk, kecuali masing-masing dari kita melakukan yang terbaik". ~ Viktor E. Frankl.
.
.
Terimakasih telah membaca
Semoga bermanfaat.
09-06-2022

Komentar
Posting Komentar