Ulasan Kitab Ta'limul Muta'alim Karya Imam Az-Zarnuji
Kitab ini menjelaskan mengenai cara menuntut ilmu. Imam Az-Zurjani menulis kitab ini didasarkan pada kenyataan bahwa banyak penuntut ilmu yang telah bersungguh-sungguh menuntut ilmu akan tetapi tidak mendapatkan manfaat dari ilmunya, terhalang untuk bisa mengamalkan dan menyebarkan.
Penulis kitab ini mengatakan penyebab hal di atas dikarenakan mereka salah atau keliru dalam menempuh jalan menuntut ilmu dan meninggalkan syarat-syaratnya. Siapa yang salah jalan dia akan tersesat dan tidak akan mencapai tujuannya. Begitulah gambaran ketika kita salah jalan dalam menuntut ilmu, maka kita tidak akan pernah sampai pada manfaat dan buahnya ilmu.
Oleh karena itu, bagi para penuntut ilmu kitab ini sangatlah penting. Agar bisa mencapai apa yang diinginkan melalui ilmunya. Kitab ini berisikan tiga belas pasal. Mudah-mudahan buku in bisa menunjukkan kepada kita jalan dan cara yang benar dalam menuntut ilmu, sehingga kita bisa merasakan manisnya ilmu.
PASAL 1 : DEFINISI ILMU, FIKIH, DAN KEUTAMAANNYA.
طَلَبُ العِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَمُسْلِمَةٍ
"Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi muslim dan muslimah"
Dari hadist Nabi SAW tersebut, menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap orang Islam. akan tetapi tidak semua ilmu wajib untuk kita pelajari. Ilmu yang wajib kita pelajari adalah ilmu yang dibutuhkan saat ini, dan sebaik-baik amal adalah menjaga (amal) yang dituntut saat itu.
Misalnya sebagai muslim kita diwajibkan untuk sholat lima waktu, maka ilmu fikih wajib untuk kita pelajari. Imam Abu Hanifah berkata "Fikih adalah mengetahui apa yang bermanfaat bagi seseorang dan membahayakan." Fikih adalah proses atau usaha mengetahui ilmu yang detail. Dalam artian ilmu fikih adalah mengetahui tata cara sholat secara detail hingga mengetahui mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan.
Begitu juga kita dianjurkan untuk mempelajari ilmu yang dapat menjaga diri dari perbuatan yang diharamkan. Seperti ilmu akhlak, agar kita mengetahui sifat-sifat yang tidak terpuji seperti sombong, bakhil, pengecut, dan berlebih-lebihan. Sehingga kita bisa menghindari sifat-sifat yang tidak terpuji tersebut.
Sedangkan ilmu yang membahayakan dan tidak bermanfaat haram untuk dipelajari, seperti ilmu nujum (ilmu yang menghubungkan pergerakan benda-benda di langit dengan nasib manusia). Kecuali jika ilmu tersebut digunakan untuk menentukan arah kiblat, waktu shalat, dan hal lain yang bermanfaat dan tidak membahayakan.
Ilmu menjadi mulia karena menjadi sarana menuju kebaikan dan ketakwaan, dan dengan ilmu, kita bisa berhak mendapatkan kemuliaan di sisi Allah dan kebahagiaan yang abadi.
PASAL 2 : NIAT (KETIKA BELAJAR).
Niat merupakan dasar dari semua perbuatan. Sebagaimana hadist Nabi SAW:
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بَالنِّيَاتِ
"Sesungguhnya setiap perbuatan itu tergantung pada niatnya"
Oleh karena itu, niat dalam belajar sangatlah penting. Agar supaya aktivitas belajar kita bisa bernilai ibadah. "Berapa banyak amalan yang terlihat sebagai amalan dunia, lalu menjadi amalan akhirat karena niat yang baik. Dan berapa banyak amalan yang terlihat sebagai amalan akhirat, lalu menjadi amalan dunia karena niat yang buruk".
Seorang pelajar semestinya berniat belajar untuk mencari ridha Allah dan kehidupan akhirat, serta menghapus kebodohan diri dan orang lain. Bukan untuk mencari kenikmatan dunia, kehormatan di hadapan sultan dan selainnya. Kecuali jika ia belajar untuk mengharapkan kekuasaan untuk menegakkan agama dan keadilan, bukan untuk kepentingan pribadi dan hawa nafsu maka itu diperbolehkan.
Sepatutnya para penuntut ilmu tidak menghinakan diri dengan bersikap yang tidak pantas dan menjaga hal-hal yang dapat merendahkan ilmu dan pemiliknya dengan bersikap tawadhu'.
PASAL 3 : MEMILIH ILMU, GURU DAN KESBARAN DALAM BELAJAR.
Seorang penuntut ilmu seharusnya memilih ilmu yang terbaik. Ia harus memilih ilmu yang dibutuhkan dalam urusan agamanya pada saat itu, kemudian ilmu yang dibutuhkan pada masa yang akan datang. Sedangkan dalam memilih guru, seorang penuntut ilmu seharusnya memilih guru yang paling berilmu, paling wara', yang paling tua, dan takut kepada Allah swt.
Setelah memilih ilmu dan guru yang tepat, yang dibutuhkan penuntut ilmu adalah kesabaran dan keteguhan dalam menuntut ilmu serta tetap belajar bersama guru tersebut. Kesabaran dan keteguhan merupakan pondasi besar dalam segala urusan. Seperti perkataan seseorang:
"Semua orang bergerak untuk menggapai cita-cita dan mengejar ketinggian. Namun, yang langka pada diri seseorang adalah keteguhan"
Penuntut ilmu haruslah sabar dalam menahan keinginan dan hawa nafsunya. Sabar dalam menghadapai cobaan dan ujian.
PASAL 4 : TAKZIM TERHADAP ILMU DAN AHLI ILMU.
Bagi penuntut ilmu harus mencari ridha gurunya dan melaksanakan apa yang diperintah oleh sang guru selama perintah tersebut tidak untuk bermaksiat kepada Allah swt. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan keberkahan ilmu dan mendapatkan banyak manfaat dari ilmu tersebut.
Cara menghormati seorang guru di antaranya adalah dengan tidak berjalan di depannya, tidak duduk di temapt duduknya, tidak memulai pembicaraan kecuali atas izinnya, tidak banyak bicara di depannya, dan sebagainya.
Salah satu wujud memuliakan ilmu adalah dengan memuliakan kitab. Seharusnya penuntut ilmu tidak memegang kitab kecuali dalam keadaan suci dan meletakkan kitab di tempat yang mulia.
Penuntut ilmu juga harus menyimak semua ilmu dan hikmah yang disampaikan oleh sang guru dengan penuh pengagungan dan penghormatan, meskipun ia telah mendengarkan pelajaran yang sama seribu kali.
Sifat sombong haruslah dihindari dalam menuntut ilmu, agar para penuntut ilmu bisa meraih ilmu. Dikatakan bahwa:
العِلْمُ حَرْبٌ لِلْمُتَعَالِي كَالسَيْلِ حَرْبٌ لِلْمَكَانِ العَالِيْ
"Ilmu adalah musuh bagi orang sombong, laksana air bah musuh bagi dataran tinggi"
Air bah tidaklah bisa mencapai dataran tinggi, begitu pula dengan kesombongan yang tidak akan bisa meraih manfaat ilmu.
PASAL 5 : GIAT, RAJIN, DAN SEMANGAT.
Dalam belajar atau menuntut ilmu diperlukan kesungguhan dari ketiga pihak, yaitu: guru, murid, dan orang tua jika masih ada. Sebagaimana syair dari Imam Asy-Syafi'i:
"Engkau ingin menjadi fakih tanpa jerih payah ~ Memang gila itu bercabang-cabang ~ Tidak bakal engkau mendapatkan harta tanpa bekerja keras ~ Apalagi untuk meraih ilmu"
Seorang penuntut ilmu juga harus memanfaatkan betul masa-masa dan gairah mudanya. Seperti kata syair:
"Sekuat apa usahamu, senilai itu pula keinginanmu diberikan ~ Siapa yang hendak meraih cita-cita, ia bangun pada malam hari ~ Manfaatkanlah masa mudamu ~ Dan ingat, masa muda itu tak abadi"
Bagi para penuntut ilmu tidak dianjurkan untuk memaksa diri di luar kemampuannya karena hal itu akan melemahkan jiwa, hingga berhenti belajar. Belajar haruslah dengan perlahan-lahan dan berhati-hati agar aktivitas belajar yang dilakukan tidak menjadi paksaan.
Segala sesuatu memiliki bencana, dan bencana ilmu adalah meninggalkan kesungguhan dan pengulangan. Dengan kata lain kemalasan adalah bencana besar dalam menuntut ilmu. Dikatakan dalam sebuah syair:
"Wahai diri, jangan bermalas-malasan dan menunda urusan ~ Jika tidak, tetaplah tinggal di jurang kehinaan ~ Tak pernah kulihat, para pemalas mendapatkan keuntungan ~ Selain sesal dan keinginan yang tak terwujud"
Dikatakan bahwa sikap malas itu muncul akibat jarangnya menghayati kemuliaan dan keutamaan ilmu. Oleh karena itu marilah menghayati keutamaan ilmu agar ilmu yang kita miliki tetap terjaga dan bermanfaat. Dan ilmu yang bermanfaat akan mengharumkan nama pemiliknya hingga meninggal.
PASAL 6 : MEMULAI BELAJAR, URUTANNYA, DAN UKURANNYA.
Syaikh Al-Imam Burhanuddin menetapkan bahwa hari rabu merupakan waktu untuk memulai belajar. Hal ini berdasarkan hadist Nabi SAW:
مَا مِنْ شَيْئٍ بُدِئَ يَوْمَ الأَرْبِعَاءِ إِلاَّ وَقَدْ تَمَّ
"Tiada sesuatu yang dimulai pada hari rabu, melainkan akan menjadi sempurna"
Begitu pula Syaikh Al-Imam Yusuf Al-Hamdani menetapkan semua amalan baik bagus dimulai pada hari rabu. Karena pada hari rabu, Allah swt menciptakan cahaya dan merupakan hari sial bagi orang kafir, sehingga hari itu menjadi hari yang berkah bagi orang mukmin.
Lebih baik jika seorang penuntut ilmu memulai belajar dari ilmu yang paling mudah dipahami. Kemudian membuat catatan sendiri mengenai pelajaran yang sudah di ajarkan. bagi penuntut ilmu haruslah bersungguh-sungguh dalam memahami pelajaran dengan cara merenungkan, memikirkannya, dan sering mengulangnya.
Kemudian diskusikan atau musyawarahkan ilmu yang telah dipelajari untuk mencari kebenaran, bukan pertikaian atau untuk mengalahkan orang yang diajak diskusi. Diskusi dimaksudkan untuk mencari kebenaran. Manfaat dari diskusi sangatlah besar, selain mengulang pelajaran hal itu juga bisa menambah ilmu pengetahuan yang baru.
Berpikir sebelum berbicara haruslah dilakuakn agar apa yang diucapkan merupakan kebenaran. Dikatakan bahwa:
"Puncak akal adalah perkataan harus diucapkan dengan penuh kehati-hatian dan disertai perenungan"
Ibnu Abbas yang merupakan sahabat Nabi SAW pernah ditanya bagaimana dia bisa mendapatkan ilmu, beliau menjawab "Dengan lisan yang banyak bertanya dan hati yang selalu berpikir". Begitu jug Abu Hanifah, beliau menjawab "Aku mendapatkan ilmu dengan mengucapkan hamdalah dan bersyukur. Setiap aku berhasil memahami fikih dan hikmah, selalu ku ucapkan Alhamdulillah,. Dengan cara itu ilmuku bertambah."
Seorang penuntut ilmu tidak boleh surut dalam belajar karena hal itu merupakan bencana. Syaikh Imam Burhanuddin berkata "Aku dapat mengungguli teman-temanku karena aku tidak pernah Surut (futur) dan bimbang dalam belajar".
PASAL 7 : BERTAWAKKAL.
Abdullah bin Al-Hasan Az-Zubaidiy seorang sahabat Nabi SAW meriwayatkan hadist:
"Siapa yang mempelajari agama Allah, maka Allah akan mencukupi keinginannya dan memberinya rezeki dari jalan yang tak disangka -sangka."
Karena pada dasarnya, orang yang hatinya sibuk dalam urusan rezeki seperti makanan dan pakaian, akan jarang sekali mendedikasikan dirinya untuk meraih perkara-perkara yang mulia.
Perjalanan dalam menuntut ilmu itu tidak akan lepas dari kesusahan, karena menuntut ilmu merupakan aktivitas yang agung. Dan besar kecilnya pahala yang di dapat dari menuntut ilmu berbanding lurus dengan keletihan dan kelelahan yang dirasakan.
PASAL 8 :MASA BELAJAR.
Waktu terbaik untuk belajar adalah pada masa remaja, waktu sahur, dan waktu di antara maghrib dan isya'. Jika mampu, para penuntut ilmu hendaknya menggunakan waktu yang ada untuk belajar. Jika merasa bosan terhadap ilmu tertentu, hendaknya mempelajari ilmu yang lainnya.
Muhammad bin Al-Hasan tidak tidur pada malam hari dan selalu meletakkan buku di dekatnya. Bila telah merasa bosan terhadap satu ilmu, ia berpindah pada ilmu yang lain. Dan ia juga kerap menaruh gelas yang diisi air untuk menghilangkan kantuknya.
PASAL 9 : KASIH SAYANG DAN NASIHAT.
Hendaknya bagi orang yang berilmu memiliki rasa kasih sayang, suka memberi nasihat, dan tidak mendengki. Syaikh Burhanuddin berkata "Banyak ulama yang berkata 'Putra seorang pengajar dapat menjadi orang yang berilmu, karena pengajar tersebut menginginkan murid-muridnya kelak menjadi ulama ahli Al-Quran. karena keberkahan dan kasih sayang pengajar tersebut kepada muridnya itulah maka putranya menjadi seorang yang berilmu'.''
PASAL 10 : MEMETIK PELAJARAN DAN ADAB MENGAMBIL FAIDAH ILMU.
Seorang penuntut ilmu hendaknya bisa memetik pelajaran pada setiap waktunya hingga ia meraih keutamaan. Salah satu cara memetik manfaat dari pelajaran yaitu dengan selalu membawa pena sehingga selalu dapat mencatat pelajaran yang didapat.
Mencatat pelajaran sangatlah penting agar tidak lupa dengan pelajaran yang telah di dapat. Dikatakan:
مَا حُفِطَ فَرَّ وّمّاكُتِبَ قَرَّ
"Apa yang dihafal akan hilang, dan apa yang ditulis akan tetap"
Seorang penuntut ilmu harus sanggup menanggung kesulitan hidup dan kerendahan selama menuntut ilmu. Dikatakan bahwa "Ilmu itu kemuliaan tidak bercampur dengan kehinaan , dan tak pernah didapati kecuali hanya lewat kehinaan (merendahkan diri) tak bercampur kemuliaan.
PASAL 11 : SIKAP WARA' PADA MASA BELAJAR.
Dalam sebuah hadist dikatakan bahwa Nabi SAW bersabda:
"Siapa yang tidak bersikap wara' pada waktu belajarnya, maka Allah memberinya ujian dengan salah satu dari tiga perkara: dimatikan pada usia muda, atau di tempatkan di perkampungan orang-orang bodoh, atau mengujinya dengan menjadi pembantu bagi penguasa"
Wara' adalah menjaga dirinya agar tidak makan kekenyangan, tidak terlalu banyak tidur, dan tidak banyak membicarakan hal-hal yang tidak bermanfaat. Dan hendaknya menjauhi orang-orang yang perusak dan orang-orang yang suka bermaksiat.
Para penuntut ilmu hendaknya tidak mengabaikan adab dan amalan-amalan sunnah. Memperbanyak sholat dengan khusyu' karena hal itu akan memudahkannya dalam meraih kesuksesan belajar. Penuntut ilmu juga disarankan untuk selalu membawa buku dan alat mencatat untuk setiap saat bisa belajar.
PASAL 12 : HAL-HAL YANG MEMUDAHKAN HAFALAN DAN YANG MENYEBABKAN LUPA.
Faktor terkuat dalam mempermudah hafalan adalah kesungguhan, ketekunan, mengurangi makan, membaca Al-Qur'an dan sholat malam. Ketika ingin memulai belajar hendaknya membaca doa berikut agar hafalannya menjadi kuat:
بِسْمِ الله وَسُبْحَانَ الله والحَمْدُ لِلَه وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَر وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ (العَزِيْزِ العَلِيْمِ) عَدَدَ كُلِّ حَرْفٍ كُتِبَ وَيُكْتَبُ أَبَدَ الآبِدِيْنَ وَدَهْرَ الدَّاهِرِيْنَ
"Dengan menyebut nama Allah, yang Maha Suci, segala puji bagi Allah dan tiada Tuhan melainkan Allah yang Maha Agung. Tiada daya dan kekuatan selain atas pertolongan Allah yang Maha Tinggi dan Maha Agung, (Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui) sebanyak huruf yang tertulis dan yang akan tertulis, berabad-abad dan sepanjang masa."
Kemudian setelah belajar atau setelah menulis membaca doa:
آمَنْتُ بِاللهِ الوَاحِدِ الأَحَدِ الحَقِّ المُبِيْنِ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَكَفَرْتُ بٍمَا سِوَاهُ
"Aku beriman kepada Allah Yang Maha Tunggal, Yang Maha Esa, Yang Maha Benar, dan Maha Menjelaskan, tiada sekutu bagi-Nya, dan saya kufur kepada tuhan selain-Nya."
Sedangkan yang menjadi penyebab lupa adalah maksiat, banyak dosa, gelisah, sedih karena urusan dunia, dan banyaknya kesibukan duniawi. Kegilaan terhadap dunia akan menghalangi kita dari berbuat kebajikan, sedangkan kegilaan terhadap akhirat akan membawa kepada amal kebajikan.
PASAL 13 : HAL-HAL YANG MENDATANGKAN DAN MENJAUHKAN (REZEKI), MEMPERPANJANG DAN MENGURANGI USIA.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Tidak ada yang dapat mengubah takdir melainkan doa, dan tidak ada yang dapat menambah umur melainkan kebajikan. Dan sesungguhnya seseorang akan terhalang dari rezeki lantaran dosa yang diperbuatnya" (HR. At-Tirmidzi)
Melihat hadist tersebut, salah satu penghalang datangnya rezeki pada seseorang adalah disebabkan perbuatan dosa yang dilakukannya. Sedangkan cara untuk mendatangkan rezeki adalah salah satunya dengan bersedekah. Sebagaimana hadist Nabi SAW:
"Mintalah datangnya rezeki dengan cara bersedekah" (HR. Al-Baihaqi)
Penyebab kuat untuk mendapatkan rezeki adalah dengan melakukan sholat dengan khusyu' dan menyempurnakan rukun dan adabnya, membaca surat Al-Qur'an khususnya surat Al-Waqiah sebelum tidur, dan tidak melakukan hal yang sia-sia. Dan juga membaca doa pada waktu antara terbit fajar hingga masuk waktu sholat sebanyak seratus kali. Doanya yaitu:
سُبْحَانَ اللهِ العَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ أَسْتَغْفِرُاللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ
"Maha Suci Allah yang Maha Agung, dan segala puji bagi-Nya, Maha Suci Allah dengan segala pujian-Nya, aku memohon ampunan dan bertobat kepada-Nya"
Setiap pagi dan petang membaca:
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ المَلِكُ الحَقُّ المُبِيْنُ (100X)
الحَمْدُ لِلّه وَسُبْحَانَ اللهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَاللهُ أَكْبَرُ (33X)
Sesudah sholat shubuh membaca istigfar sebanyak 70 kali dan memperbanyak membaca dzikir:
لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ
UNTAIAN NASIHAT : AYYUHAL WALAD
Akhir bab dari buku ini terdapat untaian nasihat dari Imam Ghazali. Nasihat-nasihat tersebut merupakan nasihat Imam Ghazali kepada muridnya. Untaian nasihat tersebut kemudian dibukukan dan diberi judul "Ayyuhal Walad". Buku tersebut berisikan jawaban bagi siapa yang ingin mencari keterangan dan mengetahui metode yang benar dalam meniti jalan menuju sang Maha Raja.
Dalam menasihati muridnya, Imam Ghazali mengutip sabda Nabi SAW:
"Tanda Allah berpaling dari seorang hamba ialah Dia akan menyibukkan nya dengan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya" (HR. Ad-Daruquthni)
Imam Ghazali mengatakan bahwa nasihat itu mudah, yang sulit adalah menerimanya. Dan bagi orang yang menuruti hawa nafsunya, nasihat itu terasa pahit sebab perkara yang dilarang oleh agama itu sangat disenangi hatinya. Terutama, bagi penuntut ilmu akademis yang hanya mementingkan kehormatan dan titel dunia. Mereka menyangka bahwa ilmu hanyalah sarana baginya, di mana kesuksesan dan keselamatan akan terwujud tanpa harus mengamalkan ilmunya. Padahal Nabi SAW bersabda:
"Sesungguhnya orang yang paling berat siksaannya pada hari kiamat adalah seorang alim yang Allah jadikan ilmunya tidak bermanfaat (orang alim yang tidak mengamalkan ilmunya)."
Mempunyai ilmu saja tidaklah
cukup untuk menyelamatkan seseorang tanpa mengamalkan. Karena ilmu tidaklah
bermanfaat kecuali jika diamalkan. Berapapun banyaknya ilmu yang sudah
dipelajari dan seberapa kitab yang sudah dikuasai, seseorang tidak layak mendapatkan
rahmat Allah kecuali jika mengamalkan nya. Sebagaimana firman Allah swt:
“Dan bahwasan nya
seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya” (An-Najm:
39)
Jika kita tidak beramal, kita
tidak akan mendapatkan pahala. Ali bin Abi Thalib berkata “Siapa yang mengira
bahwa tanpa kesungguhan ia dapat meraih apa yang diinginkan, maka ia adalah
orang yang berangan-anagn. Dan siapa yang mengira bahwa dengan kesungguhan ia
dapat meraih apa yang diinginkan, maka ia adalah orang yang semangat dalam
meraih cita-cita”.
Apabila niat kita dalam menuntut
ilmu adalah untuk memperoleh kedudukan tinggi dan agar dapat berbangga di depan
teman-teman maka sungguh celaka kita. Namun apabila niat kita ingin
menghidupkan ajaran Nabi SAW, memperbaiki akhlak, serta menundukkan hawa nafsu
yang senantiasa mengajak pada keburukan, maka kita akan beruntung.
Imam Ghazali memberi nasihat
kepada kita ‘Hiduplah sesukamu, tapi ingat engkau akan mati. Cintailah siapa
saja sesukamu, tapi ingat engkau akan meninggalkannya. Dan berbuatlah sesukamu,
tapi ingat engkau akan mendapat balasan atas perbuatanmu.”
“Ketahuilah, jika
ilmumu hari ini tidak dapat menjauhkanmu dari maksiat dan tidak dapat membawamu
kepada ketaatan, maka besok ilmumu itu tidak akan menjauhkanmu dari api neraka”
Ilmu adalah untuk mengetahui apa
itu ketaatan dan ibadah. Taat dan ibadah adalah mengikuti petunjuk Allah dan
menjalankan perintah dan menjauhi larangan, dengan ucapan maupun perbuatan.
Dengan artian bahwa apa yang kita katakan dan ita perbuat semuanya mengikuti
syariat.
Memang semestinya perkataan dan
perbuatan kita sesuai syariat, karena ilmu dan amal yang tidak sesuai dengan
syariat adalah kesesatan.
Ada empat kewajiban yang harus
dilakukan dalam menempuh jalan menuju Allah swt: a) Memiliki akidah yang benar
yang tidak ada bid’ah di dalmnya. b) Benar-benar bertobat dan tidak melakukan
kesalahan setelah bertaubat. c) Meminta rida dan kerelaan dari orang lain
sampai tidak ada hak orang lain yang masih melekat pada dirinya yang belum
ditunaikan. d) Mencari ilmu syar’i minimal ilmu untuk melaksanakan perintah
Allah swt, dan juga ilmu akhirat yang dapat memberikan keselamatan kepadanya.
Seorang penempuh jalan menuju
yang haq harus mempunyai seorang syaikh yang akan membimbing dan mendidiknya,
untuk mengeluarkan akhlak yang buruk dari dirinya menjadi akhlak yang baik
dengan tarbiyah yang diberikan.
Kriteria seorang syaikh yang layak membimbing dan mendidik adalah orang yang tidak cinta dunia dan kedudukan, orang yang bijaksana yang ittiba’ bersambung kepada Nabi SAW. Ia juga harus orang baik yang telah melatih jiwanya dengan sedikit makan dan minum, sedikit bicara dan tidur, serta banyak melaksanakan shalat, sedekah, dan puasa.
Amalkan ilmu yang sudah kita ketahui, agar ilmu yang tidak kita ketahui dapat terungkap. Sebagaimana sabda Nabi SAW:
"Siapa yang mengamalkan ilmu yang diketahuinya, Allah akan memberikan kepadanya ilmu yang belum ia ketahui"
Imam Al-Ghazali memberi nasihat mengenai delapan perkara yang harus dilakukan agar ilmu yang kita miliki tidak menjadi musuh kita di hari kiamat kelak. Empat perkara harus dikerjakan dan empat perkara yang lainnya harus ditinggalkan. Adapun empat perkara yang harus ditinggalkan adalah:
- Jauhilah perdebatan dengan orang lain yang tidak bermanfaat.
- Waspadalah dan berhati-hatilah jika menasihati atau memberi peringatan. Hendaknya kita harus melakukan terlebih dahulu apa yang kita nasihati sebelum menasihati untuk orang lain.
- Jangan bergaul dengan para penguasa dan jangan pandang mereka hanya untuk mencari simpati atau perhatian mereka.
- Jangan mau menerima pemberian dan hadiah dari para penguasa meskipun engkau mengetahui bahwa pemberian itu berasal dari harta yang halal.
Empat hal yang harus kita lakukan adalah:
- Jadikanlah interaksimu dengan Allah swt seperti interaksi seorang hamba sahaya yang selalu ingin mencari rida dan menyenangkan majikannya.
- Setiap kali berinteraksi dengan manusia, berinteraksilah dengan baik sebagaimana kamu ingin orang lain baik kepadamu.
- Apabila kamu membaca dan menelaah sebuah ilmu, maka bacalah da pahamilah ilmu yang dapat memperbaiki dan menyucikan hatimu.
- Janganlah engkau mengumpulkan harta melebihi kebutuhan satu tahun.
"Ya Allah, kuatkanlah kami dalam menempuh jalan istiqomah, tempatkanlah kami di tempat yang terpuji, lindungilah kami dalam kehidupan di dunia ini dari hal-hal yang menyebabkan kami menyesal pada hari kiamat kelak, ringnakanlah timbangan dosa-dosa kami yang berat, berilah kami kehidupan orang-orang yang baik, jagalah dan hindarkanlah kami dari kejahatan orang-orang yang jahat serta dari tipudaya para pendosa, bebaskanlah kami, ibu-bapak serta saudara-saudara kami dari siksa api neraka, dengan rahmat-Mu wahai Zat Yang Maha Mulia lagi Maha Pengampun, wahai Zat Yang Maha Pemurah lagi Maha Menutupi dosa-dosa hamba-Nya, wahai Zat Yang Maha Lembut lagi Maha Perkasa, Ya Allah, Ya Allah, dengan perantara rahmat-Mu wahai Zat Yang Maha Pengasih."
Terimakasih telah membaca. Semoga bermanfaat. Jika dirasa blog ini bermanfaat silahkan share.
06/08/2021
Komentar
Posting Komentar